Hatiku lara. Derai tangis dalam diam, menemani kesunyian malam itu. Tak ada yang mendengar, hanya semilir angin malam menjadi saksi bisu atas semua penyesalan. Entah apa yang kusesali. Mungkin apa yang seharusnya kuhentikan dari dulu atau apa yang seharusnya kepertegas sedari dulu, itu semua yang ada dipikiranku saat itu. Mungkin suatu saat aku akan memahami, bahwa ada hikmah dibalik ini semua. Ya, pasti.
Namun sekuat apapun aku berusaha, setegar apapun aku mencoba, yang kudapati hanyalah sebuah kepalsuan belaka.
Lara. Kebohongan demi kebohongan yang kulakukan hanya untuk menunjukkan bahwa aku baik-baik saja. Sebuah senyum yang palsu dan kaku karena dipaksakan. Sebuah tawa dan canda dari lidahku yang sebenarnya kelu. Sekian banyak orang yang berada di dekatku, tapi hatiku serasa sunyi. Senyap.
Lara. Sekian banyak orang yang percaya bahwa aku baik-baik saja. Aku bahagia. Ya, sandiwaraku memang selalu berhasil meskipun aku tak mampu membohongi diriku sendiri.
Lara. Entah mengapa rasa sakit itu terus menerus mendera. Apa yang kulihat dan kudengar tentangnya, membuatku merasa dihujam oleh ribuan bambu runcing. Tapi kau tak perlu memahami dan tak perlu mangerti keadaanku. Mungkin memang diriku sendiri yang membuat semuanya menjadi seperti ini. Mungkin aku terlalu tenggelam dalam masa lalu?
Tidak. Aku bukanlah orang yang hidup di masa lalu. Aku hidup di masa ini, dan masa yang akan datang. Kuharap kaupun begitu. Tak ada yang perlu dipersalahkan dan tak ada yang perlu dimaafkan, karena memang tak ada yang salah.
Kulanjutkan hidupku. Kusambut awal hariku. Kubuka lembaran baruku. Masih ada ratusan lembar kertas putih di hadapanku yang belum kulukis. Masih banyak awan yang akan mengiringi perjalananku. Masih ada saat-saat pagi yang indah untuk disyukuri, dan saat matahari tenggelam untuk dinikmati. Masih banyak kesempatan untuk berada di pelabuhan yang tepat. Dan saat itu terjadi, ku harap itu yang terakhir. Saat ku berada di pelabuhan terakhirku, kuharap engkaupun berbahagia di tempatmu berada. Kuharap kita masih bisa menikmati pagi yang cerah dan matahari yang tenggelam yang sama di setiap harinya. Ataupun mungkin kita akan menikmatinya di tempat yang berbeda.
Namun sekuat apapun aku berusaha, setegar apapun aku mencoba, yang kudapati hanyalah sebuah kepalsuan belaka.
Lara. Kebohongan demi kebohongan yang kulakukan hanya untuk menunjukkan bahwa aku baik-baik saja. Sebuah senyum yang palsu dan kaku karena dipaksakan. Sebuah tawa dan canda dari lidahku yang sebenarnya kelu. Sekian banyak orang yang berada di dekatku, tapi hatiku serasa sunyi. Senyap.
Lara. Sekian banyak orang yang percaya bahwa aku baik-baik saja. Aku bahagia. Ya, sandiwaraku memang selalu berhasil meskipun aku tak mampu membohongi diriku sendiri.
Lara. Entah mengapa rasa sakit itu terus menerus mendera. Apa yang kulihat dan kudengar tentangnya, membuatku merasa dihujam oleh ribuan bambu runcing. Tapi kau tak perlu memahami dan tak perlu mangerti keadaanku. Mungkin memang diriku sendiri yang membuat semuanya menjadi seperti ini. Mungkin aku terlalu tenggelam dalam masa lalu?
Tidak. Aku bukanlah orang yang hidup di masa lalu. Aku hidup di masa ini, dan masa yang akan datang. Kuharap kaupun begitu. Tak ada yang perlu dipersalahkan dan tak ada yang perlu dimaafkan, karena memang tak ada yang salah.
Kulanjutkan hidupku. Kusambut awal hariku. Kubuka lembaran baruku. Masih ada ratusan lembar kertas putih di hadapanku yang belum kulukis. Masih banyak awan yang akan mengiringi perjalananku. Masih ada saat-saat pagi yang indah untuk disyukuri, dan saat matahari tenggelam untuk dinikmati. Masih banyak kesempatan untuk berada di pelabuhan yang tepat. Dan saat itu terjadi, ku harap itu yang terakhir. Saat ku berada di pelabuhan terakhirku, kuharap engkaupun berbahagia di tempatmu berada. Kuharap kita masih bisa menikmati pagi yang cerah dan matahari yang tenggelam yang sama di setiap harinya. Ataupun mungkin kita akan menikmatinya di tempat yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar